Naskah ini membahas bagaimana pariwisata berkelanjutan dapat diwujudkan di kawasan berstatus Situs Warisan Dunia atau World Heritage Sites (WHS). Di tengah meningkatnya tekanan modernisasi dan perubahan iklim, warisan budaya dan alam menghadapi tantangan berupa kerusakan fisik, kesenjangan ekonomi, serta berkurangnya nilai otentik. Penelitian menyoroti empat pilar utama: pelestarian, akses masyarakat, manfaat ekonomi, dan edukasi, yang harus dikelola secara kolaboratif.
Contoh di Borobudur, Toraja, dan Angkor Wat menegaskan pentingnya partisipasi komunitas lokal, kolaborasi lintas sektor, serta pemanfaatan teknologi untuk menata arus wisatawan dan melindungi integritas warisan. Pendekatan manajemen pengunjung berbasis carrying capacity, zonasi, dan inovasi digital membantu mencegah overturisme dan menjaga kenyamanan wisatawan. Selain itu, upaya pemberdayaan masyarakat, diversifikasi daya tarik wisata, serta penerapan regulasi ketat dapat membangun ekosistem pariwisata yang inklusif. Dengan demikian, WHS tidak hanya berfungsi sebagai ikon bersejarah, tetapi juga motor penggerak pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan. Naskah ini diakhiri dengan rekomendasi menyeluruh tentang kolaborasi, pengawasan, pemutakhiran data, serta skema pendanaan yang stabil untuk memastikan pelestarian jangka panjang.