Kekayaan spesies fauna Indonesia yang begitu hebat, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak juga spesies di Indonesia yang rentan akan kepunahan. Kelangkaan fauna di Indonesia disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satu faktor utamanya adalah tingginya tingkat penjualan hewan. Perdagangan satwa yang di lindungi adalah suatu perbuatan jahat terhadap satwa yang di lindungi tanpa memperdulikan peraturan yang telah ada. Di Samarinda seorang ibu rumah tangga memperdagangkan satwa liar yang dilindungi yaitu beruang madu dan kucing kuwuk sedangkan di Ngawi seorang pria memperdagangkan satwa liar yang dilindungi yaitu burung merak warna hijau. Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaturan pidana mengenai perlindungan satwa liar yang terancam punah dan Apakah penerapan pemindanaan dalam Putusan Nomor 228/Pid.B/LH/2020/PN BPP dengan Putusan Nomor 62/Pid.B/LH/2020/PN NGW telah sesuai dengan tujuan pemindanaan. Untuk menjawab masalah tersebut peneliti menggunanakan metode penelitian normative, yaitu penelitian hukum kepustakaan menggunakan studi Kasus Putusan Perkaran Pidana Nomor 228/Pid.B/LH/2020/PN BPP dengan Putusan Nomor 62/Pid.B/LH/2020/PN NGW. Dari hasil peneliatian ini dipatkan hasil penelitian antara lain bahwa telah terjadi perdagangan satwa liar yang dilindingu yang bertentangan dengan Undang- Undang nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Penjatuhan pindana penjara dan pidana denda dalam kasus perdagangan satwa liar menunjukan telah sesuai dengan tujuan pemidanaan yaitu untuk menghukum orang yang melakukan kejahatan namun belum sepenuhnya sesuai dengan tujuan pemindanaan yaitu tujuan pemidanaan dalam memperbaiki pribadi dari penjahat itu sendiri, ataupun untuk membuat orang menjadi jera dalam melakukan kejahatan. Kata Kunci: Perdagangan Satwa liar, Tindak Pidana Satwa yang Dilindungi