Seleksi kerja umumnya menggunakan tes psikologi berbentuk pelaporan diri (self-report) sebagai alat seleksinya. Penggunaan self-report dikenal murah dan tidak membutuhkan banyak waktu dan tenaga dalam administrasinya. Namun, sejumlah penelitian menunjukkan self-report rentan terhadap respon yang menipu (faking). Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mengenai pemaknaan pelamar terhadap faking dan menggali faktor-faktor yang mendorong seorang pelamar melakukan faking ketika mengerjakan tes psikologi dalam konteks seleksi kerja. Hasil penelitian menunjukkan, secara umum subjek memandang faking sebagai sebuah perilaku yang wajar dilakukan ketika subyek dalam kondisi harus lulus dalam sebuah seleksi kerja. Perilaku ini juga dianggap wajar, karena menganggap banyak pelamar lainnya yang melakukan hal sama, serta memandang faking bukan sebagai perilaku manipulasi, melainkan hasil belajar. Penelitian ini juga menemukan sejumlah faktor internal dan eksternal yang mendorong individu melakukan faking. Secara internal, faktor pendorongnya adalah self-deception, impression management dan socially desirable. Sedangkan secara ekternal faktor pendorongnya adalah, test familiarity, test security dan test format.