Tingginya penggunaan air tanah yang berlebihan telah mengakibatkan ketidakseimbangan air tanah di beberapa daerah. Pengambilan air tanah yang cukup tinggi menimbulkan dampak terhadap lingkungan air tanah, termasuk menurunkan muka air tanah dan mengurangi potensi air tanah pada akuifer. Berdasarkan masalah tersebut, maka kajian ini bertujuan untuk mengetahui status keberlanjutan pada keseimbangan air tanah, berdasarkan pada 5 dimensi keberlanjutan yaitu dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi lingkungan, dimensi teknologi dan dimensi kelembagaan. Dengan mengetahui status keberlanjutan pada keseimbangan air tanah, maka selain untuk mensimulasikan konservasi air tanah di wilayah pemukiman, juga dapat menjadi acuan untuk mengembangkan sistem pengelolaan sumber air tanah yang berkelanjutan. Adapun lokasi studi yang dipilih adalah wilayah permukiman berdasarkan peta zona konservasi air tanah Jakarta, yaitu (1) Kecamatan Kemayoran dengan zona air tanah sangat buruk dan zona pemanfaatan air tanah rusak. (2) Kecamatan Jagakarsa dengan zona air tanah yang sangat baik dan zona penggunaan air tanah yang aman. Metode analisis untuk mengetahui status keberlanjutan pada makalah ini menggunakan metode RAPGroundwater dengan metode Multi-Dimensional Scaling (MDS). Berdasarkan hasil analisis, Kecamatan Kemayoran, memiliki status “Kurang Berkelanjutan” karena memiliki nilai < 50. Kecamatan Jagakarsa, untuk dimensi Lingkungan dan dimensi Sosial memiliki status yang “Berkelanjutan” (60,85–76,84) dan untuk dimensi ekonomi, infrastruktur dan terknologi serta dimensi kelembagaan memiliki status “Kurang berkelanjutan” karena memiliki nilai < 50. Berdasarkan hasil simulasi melalui analisis Leverage, maka diperoleh 22 strategi kebijakan yang terpilih dari setiap dimensi, yang sangat mempengaruhi status keberlanjutan, sebagai upaya penerapan kebijakan konservasi air tanah di wilayah pemukiman Jakarta.