Kertas telah menjadi salah satu kebutuhan pokok berbagai bidang, terutama bidang pendidikan arsitektur. Mahasiswa arsitektur Universitas Pancasila mengonsumsi kertas sebanyak 506 lembar yang digunakan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar selama satu semester. Namun, konsumsi kertas yang tinggi ini didukung dengan usaha untuk mendaur ulang limbah kertas. Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa UP sebenarnya telah sadar dan berusaha untuk mendaur ulang limbah kertas dengan menjual limbah kertas kepada pihak lain karena tugas kuliah menyebabkan mahasiswa fokus mengerjakan dan tidak memiliki waktu untuk melakukan daur ulang. Solusi yang ditemukan dari permasalahan ini adalah dengan menerapkan metode kombinasi paper based learning dan paperless learning, dimana mahasiswa akan mengumpulkan tugas berupa data, analisis, sintesis, dan konsep dalam bentuk softcopy yang dikirimkan melalui situs tertentu kepada dosen. Sedangkan tugas yang bersifat gambar teknik tetap menggunakan sistem paper based learning untuk memudahkan proses asistensi mata kuliah studio. Faktor pendorong utama paperless learning adalah efektifitas dan kemudahan dalam menyimpan, menyunting, dan membawa data yang dapat diakses melalui perangkat elektronik masing-masing.