Pada saat ini, konsumsi listrik terbanyak berasal dari bangunan yaitu sebanyak 35% dari total konsumsi energi. Pada tahun 2050, permintaan kebutuhan listrik naik hampir 9 kali lipat dari permintaan listrik pada tahun 2018. Sementara itu, kapasitas terpasang pembangkit listrik sebagian besar masih menggunakan energi fosil. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk upaya efisiensi energi pada dengan cara substitusi energi fosil ke energi terbarukan. Hal ini sejalan dengan tujuan SDGs dan komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi, melalui investasi pada bangunan hemat energi dan energi terbarukan. Berdasarkan hal ini telah ditetapkan sasaran dalam pemanfaatan energi yaitu tercapainya bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun. Salah satu energi bauran yang dapat digunakan adalah energi dari matahari. Indonesia memiliki potensi karena berada pada garis lintang yang dekat dengan khatulistiwa.

Salah satu sistem yang dapat digunakan dalam penggunaan panel surya pada bangunan adalah sistem Building Integrated Photovoltaic (BIPV). BIPV adalah sistem panel surya pada bangunan yang terintegrasi ke dalam struktur bangunan seperti fasad atau atap sehingga dapat memanfaatkan radiasi matahari lebih banyak. Namun pada bangunan middle-high rise, salah satu tantangan penggunaan panel surya adalah bagaimana desain dan perletakkan panel surya tepat dan optimal, salah satunya dari pengaruh pembayangan baik dari bangunan sendiri maupun bangunan lainnya.

Penelitian ini akan mengkaji optimasi desain BIPV berdasarkan pembayangan antar bangunan pada bangunan middle rise di iklim tropis. Adapun studi kasus pada penelitian ini adalah bangunan middle-rise di Universitas Pancasila. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan penelitian yaitu yang melakukan pemodelan baseline bangunan dan melakukan proses simulasi bangunan melalui program BIM (Building Information Modelling) Adapun luaran penelitian yang ditargetkan melalui penelitian ini berupa karya tulis ilmiah yang diterbitkan pada Jurnal Nasional terakreditasi SINTA.