Sumatra selatan merupakan wilayah penghasil batu bara dengan produksi 54 juta
Ton/tahun dengan total pengiriman 21 Juta Ton/Tahun oleh PT. Bukit Asam menuju
tarahan. Pada tahun 2027 akan ada penambahan jumlah pengirman menuju Pelabuhan
tarahan sebesar 45 Juta Ton karena pengembangan Pelabuhan tarahan. Sehingga diprediksi
50 tahun kedepan Kereta Api Logistik tidak sanggup memenuhi kebutuhan yang terus
bertambah. serta hanya satu-satunya angkutan batubara yang tersedia untuk pengiriman
menuju Pelabuhan Tarahan. Pengiriman batubara dari tanjung enim baru hingga tarahan
menggunakan kereta api yang saat ini masih menggunakan jalur rel tunggal meskipun
Sebagian sudah dibangun jalur ganda. Untuk Memenuhi pertumbuhan pengiriman batu
bara rencananya pemerintah akan membangun Double Track Rel Kereta Api Lintas
Prabumulih-Tarahan. Sehingga tujuan dari tugas akhir ini adalah Menganalisis Pola
Operasi Dan Optimasi Sarana Kereta Api Batubara Terhadap Penambahan Jalur Ganda
Lintas Prabumulih – Tarahan, guna memberikan masukan terkait penambahan jadwal
perjalanan dan penambahan sarana kereta api angkutan batubara. Penelitian ini
menggunakan metode wawancara dan diskusi dengan PT. Bukit Asam sebagai pengguna
kereta api angkutan batubara dan Balai Teknik Perkeretaapian Sumatera Selatan sebagai
penyedia jasa angkutan kereta api angkutan batubara. Dari hasil analisis yang dilakukan
didapat pola operasi rencana sebanyak 88 perjalanan pulang pergi keterta api angkutan
batubara untuk target kenaikan pengiriman batubara PT. Bukit Asam sebesar 25 Juta Ton
pada tahun 2026 dengan jumlah kenaikan 1 rangkaian Kereta/tahun hingga tahun 2026 dan
kenaikan 16 Rangkaian Kereta pada tahun 2027 untuk target kenaikan pengiriman sebesar
45 Juta Ton untuk keberangkatan angkutan batubara dari tanjung enim baru menuju
Pelabuhan Tarahan dan Pelabuhan tarahan 2 dengan optimasi total penambahan sarana
sebanyak 32 Lokomotif dan 960 Gerbong Curah Terbuka pada tahun 2027.