Image of Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Clinical Outcome Pasien Tifoid Di RSUD Kota Mataram

Karya Ilmiah Mahasiswa

Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Clinical Outcome Pasien Tifoid Di RSUD Kota Mataram



Kasus tifoid rawat inap di RSUD Kota Mataram menduduki peringkat ke-9 dari
10 penyakit terbanyak. Penyakit ini cenderung bermasalah terutama dalam hal
biaya pengobatan. Evaluasi terapi antibiotik seharusnya tidak hanya dilihat
secara klinis, tapi juga dilihat dari aspek farmakoekonomi untuk mendapatkan
terapi yang cost-effective. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektivitas
dan mengetahui terapi antibiotik yang cost-effective berdasarkan panduan terapi
tifoid di RSUD Kota Mataram. Metode penelitian menggunakan metode analisis
efektivitas biaya berdasarkan perhitungan nilai ACER dan ICER. Data diambil
secara retrospektif dengan melihat data rekam medik dan billing pasien tifoid
rawat inap periode Juni 2019-Desember 2020. Efektivitas diukur dari rata-rata
lama hari rawat dan waktu bebas demam. Biaya langsung diukur dari biaya obat,
biaya alat kesehatan, biaya visite, biaya laboratorium, biaya kamar, dan biaya
perawatan. Sampel penelitian diambil dengan teknik total sampling dan
diperoleh 63 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian
menunjukkan antibiotik terbanyak adalah seftriakson (n=38), sefoperazon
(n=11), levofloxacin (n=8), dan sefotaksim (n=6). Rata-rata waktu bebas demam
tercepat adalah seftriakson (2,71 hari), Sefoperazon (3,36 hari), levofloxacin
(3,63 hari), sefotaksim (3,83 hari), dan tidak ada perbedaan bermakna untuk ratarata

lama rawat inap. Pada usia 12-16 tahun, nilai ACER lama rawat inap
sefotaksim Rp 568.805,35 lebih rendah dari seftriakson Rp 605.549,28 dan
ICER waktu bebas demam seftriakson terhadap sefotaksim sebesar minus Rp
643.150,10 /unit efektivitas. Kesimpulan yang dapat diambil: Pada kelompok
usia 12-16 tahun, sefotaksim lebih cost-effective dari seftriakson pada lama
rawat inap, dan seftriakson lebih cost-effective dari sefotaksim pada waktu bebas
demam. Pada kelompok usia 17-25 tahun, seftriakson lebih cost-effective. Pada
kelompok usia 26-35 tahun, sefoperazon lebih cost-effective. Pada kelompok
usia 36-45 tahun, seftriakson lebih cost-effective untuk waktu bebas demam,
sedangkan untuk lama rawat inap diperlukan willingness to pay threshold.


Ketersediaan

FFESTF221539FFESTF221539Perpustakaan Fakultas FarmasiB A C A
D I T E M P A T

Lampiran Berkas

Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
FFESTF221539
Penerbit Fakultas Farmasi Universitas Pancasila: Jakarta.,
Deskripsi Fisik
117 p.
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN/NPM
2018210170
Klasifikasi
NONE
Tipe Isi
text
Tipe Media
Textbook
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain



Pencarian Spesifik


Judul:
Pengarang:
Penerbit:
Koleksi:
Lokasi:

Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this