Gagal Jantung Kongestif merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah guna memenuhi kebutuhan oksigen serta memberikan nutrisi jaringan
tubuh. Gagal jantung merupakan kondisi akhir dari penyakit jantung dan
pembuluh darah kronis seperti hipertensi, diabetes mellitus, aritmia, infark
miokard dan lain-lain, menyebabkan polifarmasi yang akan meningkatkan resiko
masalah penggunaan obat. Banyaknya obat yang dikonsumsi seringkali dikaitkan
dengan potensi yang lebih besar untuk terjadinya ketidaktepatan terapi. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat data demografi pasien gagal jantung kongestif, pola
penggunaan obat, rasionalitas penggunaan obat, serta mengetahui hubungan
antara rasionalitas penggunaan obat dengan outcome terapi pada pasien gagal
jantung kongestif di Instalasi Rawat Inap RS PMI Bogor Periode Tahun 2020.
Metode penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik dengan pengambilan
data dilakukan secara retrospektif, dan teknik pengumpulan sampel dengan total
sampling. Hasil penelitian didapatkan 104 rekam medis pasien yang masuk ke
dalam kriteria inklusi, laki-laki lebih dominan menderita gagal jantung (50,96%),
rentang usia 56-65 tahun (40,38%), dan penyakit penyerta terbanyak yaitu
Hypertensive Heart Disease (HHD) (20,40%). Obat gagal jantung yang paling
banyak diberikan adalah furosemid (99,04%). Pada evaluasi rasionalitas
penggunaan obat pasien gagal jantung kongestif berdasarkan Panduan Praktik
Klinis (clinical pathway) RS PMI Bogor mendapatkan hasil rasionalitas tepat
indikasi 100%, tepat pasien 93,27%, tepat obat 83,65%, tepat dosis 91,35% dan
tepat frekuensi 98,08%. Kesimpulan penelitian adalah rasionalitas penggunaan
obat pada pasien gagal jantung kongestif di Instalasi Rawat Inap RS PMI Bogor
periode tahun 2020 adalah sebesar 71,15% dan hasil uji statistik menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara rasionalitas penggunaan obat dengan outcome
terapi, dimana nilai p value < 0,05.