Skizoprenia merupakan gangguan jiwa berat, termasuk penyakit kronis,
kambuhan, biasanya tidak dapat disembuhkan dengan sempurna. Tatalaksana
terapi skizofrenia biasanya memerlukan obat lebih dari satu (polifarmasi)
sehingga dapat menimbulkan DRPs. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi
DRPs pada pasien skizoprenia di rawat inap RSKJ Soeprapto Provinsi
Bengkulu periode Januari - Desember 2020 secara Cipolle. Penelitian ini
menggunakan desain studi observasional deskriptif melalui pengambilan data
secara retrospektif. Bahan penelitian digunakan data rekam medis dari 309
sampel dengan metode sampling acak proposional sampling. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa kejadian DRPs pada 165 pasien (53,4%) dengan
204 total kasus meliputi 128 pasien (41,4%) yang mengalami 1 jenis DRPs, 35
pasien (11,3%) mengalami 2 jenis DRPs dan ada 2 pasien (0,7%) yang
mengalami 3 jenis DRPs. DRPs terjadi pada 5 kategori yaitu terapi obat yang
tidak perlu 2 kasus (1%), membutuhkan terapi obat tambahan 56 kasus
(27,5%), obat yang tidak efektif 20 kasus (9,8%), dosis terlalu rendah 10 kasus
(4,9%), dan reaksi yang tidak dikehendaki 116 kasus (56,8%). DRPs dijumpai
pada pasien skizoprenia di rawat inap RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu
periode Januari - Desember 2020. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh tidak
ada hubungan antara lama menderita (riwayat skizofrenia) dengan profil obat
yang diterima (p-value 0,213), ada hubungan riwayat skizofrenia terhadap
profil DRPs (p-value 0,04), tidak ada hubungan pemilihan jenis antipsikotik
dan pola penggunaan terapi terhadap profil DRPs (p-value 0.441). Dokter,
Apoteker dan Perawat harus bekerja sama dalam terapi pengobatan pasien
terutama pengawasan dan pemantauan klinis pada pasien sehingga dapat
mencegah dan mengatasi DRPs.