Kulit buah nangka (Artocarpus heterophyllus L.) memiliki kandungan senyawa
metabolit sekunder yang berkhasiat sebagai antibakteri terhadap Eschericia coli
dan Staphylococcus aureus. Perbandingan metode mempengaruhi aktivitas
farmakologis dari suatu senyawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas kulit buah nangka sebagai antimikroba dan mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan metode ekstraksi terhadap aktivitas ekstrak etanol 70% kulit buah
nangka. Ekstrak kulit buah nangka diekstraksi dengan dua metode maserasi dan
ultrasonikasi, kemudian dilakukan penapisan fitokimia, uji cemaran mikroba dan
uji aktivitas antimikroba. Uji aktivitas antimikroba dilakukan dengan
menggunakan metode difusi cakram dengan menggunakan perbedaan
konsentrasi. Hasil uji aktivitas antimikroba dari ekstrak etanol 70% kulit buah
nangka pada konsentrasi 50% dengan metode ultrasonikasi memberikan daya
hambat yang lebih baik dibandingkan metode maserasi. Bakteri Escherichia coli
ATCC 8739 memiliki daya hambat sebesar 8,80 mm untuk maserasi dan 9,36 mm
untuk ultrasonikasi. Pada Staphylococcus aureus ATCC 6538 memiliki daya
hambat 8.83 mm untuk maserasi dan 9.37 mm untuk ultrasonikasi. Jamur Candida
albicans ATCC 10231 memiliki daya hambat sebesar 8.83 mm untuk maserasi
dan 9.47 mm untuk ultrasonikasi. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan
tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap metode ekstraksi yang digunakan.