Buah cabai memiliki daya simpan yang sangat rendah sehingga mudah
mengalami pembusukan. Maka perlu dilakukan pengawetan dalam bentuk
pengeringan untuk mempertahankan cabai agar dapat bertahan dalam jangka
waktu yang panjang. Buah cabai mengandung vitamin C yang cukup tinggi,
masalah utama dari proses pengeringan buah cabai adalah kerusakan pada
vitamin C yang terkandung karena adanya proses pemanasan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kadar vitamin C yang
terkandung dalam cabai segar dan bubuk cabai dari metode pengeringan
sinar matahari, oven, microwave, cabinet dryer dan freeze dryer. Metode
analisis yang digunakan adalah spektrofotometri cahaya tampak. Hasil
penetapan kadar vitamin C yang diperoleh dalam kesetaraan 100g buah
cabai segar, bubuk cabai dari pengeringan sinar matahari, oven, microwave,
cabinet dryer dan freeze dryer dengan perlakuan yang sama berturut-turut
81.03, 19.03, 32.90, 52.99 dan 67.65mg/100g dengan simpangan baku
relatif sebesar 0.70-2.48% dan keakuratan dengan hasil perolehan kembali
vitamin C 90.70-96.98% diperoleh hasil thitung < ttabel dengan menggunakan
uji statistik ANOVA One way menunjukkan adanya perbedaan bermakna
kadar vitamin C pada cabai merah setan segar dan bubuk cabai dari
pengeringan dengan sinar matahari, oven, microwave, cabinet dryer dan
freeze dryer. Maka dapat disimpulkan bahwa pengeringan dengan kadar
vitamin C tertinggi diperoleh dari pengeringan freeze dryer sebesar
67.65mg/100g.