Kulit jeruk limau (Citrus amblycarpa) memiliki aktivitas antioksidan yang
dapat berpotensi untuk dijadikan sebagai agen hepatoprotektor namun kulit
jeruk limau ini masih belum banyak dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah.
Salah satu penyebab kerusakan hati adalah doksorubisin yang telah lama
digunakan sebagai obat kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
efek hepatoprotektor ekstrak etanol 70% kulit jeruk limau pada kejadian
hepatotoksik akibat penggunaan doksorubisin berdasarkan parameter aktivitas
SOD dan histopat hati. Sebanyak 25 tikus dibagi menjadi kelompok normal,
negatif, dan tiga kelompok tingkatan dosis ekstrak etanol 70% kulit jeruk limau
(100, 200 dan 400 mg/KgBB). Pada hari ke-15 dilakukan pembedahan dan
pengambilan organ hati untuk pengukuran aktivitas SOD dan pengamatan
histopat. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata aktivitas SOD pada kelompok
normal, negatif, dosis 100 mg/KgBB, 200 mg/KgBB dan 400 mg/KgBB
berturut-turut yaitu 186,664 ± 8,6496 U/mL, 52,78 ± 12,0418 U/mL, 91,664
± 16,7797 U/mL, 152,24 ± 23,6999 U/mL dan 177,776 ± 10,7617 U/mL; Serta
rata-rata Scoring kerusakan histopat hati adalah sebesar 0,4 ± 0,49, 3,6 ± 0,89,
3,4 ± 0,55, 2,2 ± 0,45 dan 0,8 ±0,45. Simpulan yang didapatkan dari penelitian
ini adalah ekstrak etanol 70% kulit jeruk limau (Citrus amblycarpa) memiliki
potensi memberikan efek hepatoprotektor dengan meningkatkan aktivitas SOD
dan memperbaiki gambaran histopat hati dengan menurunkan Scoring
kerusakan histopat hati pada tikus putih yang mendapatkan doksorubisin.