Semakin terbatasnya lahan membuat harga lahan menjadi meningkat, terutama di pusat
kota. Dengan keterbatasan lahan tersebut, pembangunan perumahan vertical merupakan
alternatif untuk dikembangkan karena lebih minim dalam penggunaan lahannya. Selain itu
tingkat kemacetan juga menjadi masalah pada masyarakat kita sehingga kurang efisiensi
waktu saat akan berangkat bekerja. Apartemen Mahata Tanjung Barat hadir untuk
mengatasi masalah tersebut, namun yang perlu di permasalahkan selanjutanya mengenai
harga dari unit apartemen tersebut. Oleh karenanya, penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi tingkat kemampuan dan kemauan membeli unit apartemen pada
pengguna KRL berpenghasilan menengah dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, dilakukan analisis statistic deskriptif dengan metode
pengumpulan data kuesioner. Besaran rata-rata ATP responden (Rp. 3.187.500) lebih
tinggi daripada nilai rata-rata WTP responden (Rp. 2.927.083) tapi harga unit apartemen di
atas dari ATP WTP kecuali unit studio. Mayoritas pengguna KRL di stasiun Sudirman,
Tanah Abang dan Tanjung Barat lebih memilih unit studio pada Apartemen Mahata
Tanjung Barat dibanding unit yang lain, dengan harapan cicilan per bulan Rp. 2.500.000
selama 20 tahun. Selain itu, faktor-faktor yang mempunyai keeratan dengan kemampuan
membayar responden untuk membeli unit apartemen adalah pendapatan keluarga per bulan
dan alokasi pendapatan per bulan untuk tempat tinggal. Responden sangat setuju dengan
Apartemen yang memiliki harga terjangkau, dengan lingkungan yang memadai sarana
transportasi serta dekat dengan lokasi kerja, sekolah dan akses toll dan memiliki fasilitas
area komersil seperti minimarket, restoran / kafe dengan tingkat keamanan 24 jam.