Dalam pembangunan konstruksi, sering kali terjadi pelaksanaan yang tidak sesuai
dengan perencanaan karena situasi dan kondisi tertentu. Hal ini berpengaruh pada
produktivitas, metode pelaksanaan, dan waktu pelaksanaan sehingga menyebabkan
keterlambatan dalam operasi konstruksi. Pembangunan proyek Stasiun LRT Halim
mengalami keterlambatan konstruksi pada pekerjaan struktur. Dari kondisi tersebut,
diperlukan analisa produktivitas pada pekerjaan struktur pelat lantai. Tujuan dari studi Tugas
Akhir ini adalah menganalisis perhitungan produktivitas pekerjaan pelat lantai jembatan
penghubung antara Stasiun LRT Halim – HSR Halim menggunakan simulasi pemodelan
WebCyclone, menganalisis perbandingan waktu pelaksanaan antara metode precast Hollow
Core Slab (HCS) dan metode Beton Konvensional, serta menganalisis perbandingan
identifikasi resiko antara kedua metode tersebut. Metode penelitian yang dilakukan pada
tugas akhir ini adalah metode penelitian Kuantitatif. Pengertian pendekatan metode
kuantitatif sendiri adalah penelitian yang datanya lebih bersifat numerik atau angka. Karena
data yang didapat berupa angka-angka, maka analisis data yang dipakai akan bersifat
statistik. Data tersebut lalu di hitung dan di analisis dengan simulasi WebCyclone. Namun
dikarenakan situs simulasi pada WebCyclone yang dikembangan oleh Purdue University
tidak dapat lagi di akses, maka perhitungan produktivitas pada simulasi pemodelan
WebCyclone dilakukan secara manual menggunakan Software Microsoft Excel. Berdasarkan
hasil analisis, didapati bahwa pekerjaan struktur pelat lantai dengan metode Precast HCS
lebih cepat dibandingkan dengan beton konvensional. Dengan metode Precast HCS,
Pekerjaan bisa dilakukan dalam waktu 25.1 – 30 Hari Kalender (1 Bulan). Sedangkan dengan
metode Beton Konvensional, pekerjaan berlangsung selama 70.3 – 75 Hari Kalender (2.5
Bulan). Dan dalam per satuan unit, metode Precast HCS menghasilkan 5.13 menit / m3,
sedangkan metode beton konvensional perlu menghabiskan waktu 15.6 menit / m3.
Penggunaan Precast HCS dapat dipertimbangkan sebagai pengganti Beton Konvensional
dengan tetap mempertimbangkan identifikasi resiko antara kedua metode.