Kondisi broken home yang terjadi pada individu dapat memicu dampak yang
negatif, khususnya pada emerging adulthood yang sedang mengalami transisi dari
usia remaja menuju dewasa. Membutuhkan ketahanan diri dan dukungan dari orang
sekitar khususnya orang tua dalam menentukan sebuah pilihan yang berhubungan
dengan masa depan. Resiliensi dipercaya membantu mengatasi emosi negatif agar
tetap berpikir jernih untuk melewati tantangan hidup dan fokus pada tujuan
walaupun dalam kondisi buruk. Penelitian kualitatif dengan generic qualitative
study ini bertujuan untuk memperoleh gambaran resiliensi pada emerging
adulthood yang mengalami broken home. Wawancara mendalam dilakukan pada 3
informan yang mengalami broken home berusia 18-29 tahun dan 3 significant
others sebagai triangulasi. Hasil menunjukkan ketiga informan yang mengalami
broken home memiliki kecenderungan resiliensi yang baik pada dimensi personal
competence, control dan spiritual influence. Meski ditemukan juga perilaku negatif,
ketiga informan berupaya melakukan yang terbaik ke arah positif. Kesimpulan
dalam penelitian ini yaitu gambaran pengalaman subjek dalam memperlakukan diri
selama kondisi buruk yang dialami telah melewati dimensi resiliensi, di tandai
dengan perilaku positif dan negatif. Upaya ke arah positif menjadi harapan agar
tetap melakukan yang terbaik ke arah positif dalam menjalani hidup dalam kondisi
broken home dengan segala tantangan yang ada.