UNESCO mengingatkan ancaman bencana terkait perubahan iklim semakin meningkat di kota- kota bersejarah dan warisan dunia yang berada di pesisir pantai. Beberapa kasus bencana pesisir berupa banjir, penurunan tanah, dan kenaikan level air laut telah menyebabkan kerusakan dan kehilangan situs dan warisan bersejarah di berbagai belahan dunia, termasuk beberapa kasus terjadi di wilayah negara Indonesia. Cirebon kota pesisir bersejarah yang tumbuh sejak pertengahan abad 15 juga mengalami ancaman kebencanaan pesisir di kawasan bersejarahnya. Dalam dua dekade terakhir kerentanan terhadap risiko bencana pesisir semakin tinggi yang mengancam kelestarian kawasan bersejarah Kota Cirebon. Data Badan Daerah Penanggulangan Bencana, tahun 2017-2020 banjir dan abrasi tertinggi di Kota Cirebon terjadi di dua kelurahan, yaitu Panjunan dan Lemahwungkuk sebagai kawasan sebaran bangunan dan objek bersejarah Kota Cirebon. Masalah ancaman kebencanaan pesisir Kota Cirebon telah terjadi sejak dahulu. Kota ini memiliki sejarah tata air yang dinamis, terutama transformasi tata air yang terjadi sejak masa kolonial, berupa perubahan morfologi beberapa sungai, hilangnya kanal, berubahnya rawa menjadi permukiman, serta sejarah banjir dan dinamika morfologi kawasan pesisir Cirebon. Data dan informasi sejarah tata air tidak hanya penting sebagai literatur sejarah dan pelestarian heritage, namun pola perubahannya menggambarkan kerentanan terhadap ancaman bencana pesisir seperti kawasan bersejarah di kota Cirebon. Belum ada penelitian tentang transformasi tata air yang dikaitkan dengan risiko kebencanaan pesisir, khususnya pada kasus kawasan bersejarah Kota Cirebon. Penelitian ini melanjutkan penelitian yang dilaksanakan oleh beberapa anggota pengusul penelitian ini tahun 2023 tentang Digitalisasi Kawasan Sejarah Kota Cirebon. Sejalan dengan Peta Jalan UP2M FTUP dan Pusat Kajian Infrastruktur dan Kawasan, penelitian ini sebagai aksi di tingkat lokal bagi kepentingan nasional dan global kebijakan Climate Action for World Heritage untuk melindungi dan melestarikan warisan bersejarah dari kerusakan atau kemusnahan akibat ancaman bencana pesisir, serta kontribusi kota bersejarah mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) terutama terkait pelestarian sumber daya alam air (chapter 6), mewujudkan infrastruktur (chapter 9) dan kota bersejarah berkelanjutan (chapter 11). Penelitian ini menerapkan metode penelitian sejarah dengan pendekatan diakronik dan sinkronik, studi terhadap dokumen sejarah tata air dan kebencanaan pesisir di kota Cirebon, studi peta-peta jaringan tata air sejak masa kolonial hingga kini, membuat pemetaan jaringan tata air dan melakukan analisis over lay berbasis Sistem Informasi Geografis (GIS). Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan dan memetakan proses dan pola transformasi jaringan tata air di kawasan bersejarah Kota Cirebon, khususnya sejak masa kolonial hingga saat ini, menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses transformasi tata air dan menjelaskan pengaruh masing-masing faktor tersebut terhadap karakter jaringan tata air yang terbentuk di setiap periode perubahan, mendeskripsikan sejarah dan memetakan pola kebencanaan pesisir Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan, tahapan metode penelitian, dan luaran yang dihasilkan. yang terjadi di kawasan bersejarah Kota Cirebon, serta menjelaskan hubungan dinamika pola ruang dan infrastruktur tata air terhadap risiko kebencanaan pesisir di kawasan bersejarah Kota Cirebon. Penelitian ini akan menghasilkan luaran berupa artikel ilmiah terkait topik penelitian ini yang dipublikasikan di Jurnal Nasional Terakreditasi SINTA 1 dan Buku Ajar pada mata kuliah terkait Infrastruktur Sumber Daya Air, Kawasan Tematik, dan Kebencanaan.